Santapan Batin 23
Sekelompok murid dari sekolah yang lumayan berada mengikuti sebuah program pelatihan. Mereka dibimbing beberapa guru. Saat istirahat tiba, para siswa mendapat suguhan snack dari rumah, tempat mereka menginap. Snack itu tak merek amakan, lalu diberikan kepada guru mereka, “Silakan Pak, kami sudah kok,” kata seorang dari mereka. Murid itu berkata demikian yakin, tanpa rasa bersalah apa pun. Mereka merasa telah memberikan sesuatu denga tulus, tanpa merasa, bahwa perbuatan itu menyinggung perasaan gurunya karena memberikan makanan yang mereka singkirkan. Murid-murid itu menikmati makanan mereka sendiri, yang memang jauh lebih enak dan mewah daripada snack yang semula disediakan untuk mereka.
Sementara inilah sebuah kisah puluhan tahun lalu. Di sebuah sekolah rakyat yang sederhana ada seorang guru putri yang amat dicintai murid-muridnya. Sering guru itu mendapat oleh-oleh atau makanan dari muridnya. Suatu pagi, sebelum pelajaran dimulai, guru tersebut membuka laci mejanya. Eh, di sana ada sebungkus nasi goreng. Baunya sedap. Tak ada yang tahu, siapa yang meletakkan bungkusan spesial itu. Beberapa hari kemudian ketahuanlah, bungkusan nasi goreng itu berasal dari seorang murid, yang tergolong miskin. Begitu ingin ia memberi sesuatu kepada gurunya. Dan ia memberikan yang terenak dari yang ia bisa berikan: sebungkus nasi goreng masakan ibunya.
Dikutip dari Basis, Tahun ke-54, No. 07-08, 2005