Santapan Batin

Santapan Batin 63

MariaGambar: dari koleksi pribadi dan internet

Kemarin dulu, kami mengunjungi Goa Maria Tritis. Berawal dari keinginan untuk menyucikan tempat angker, pada tahun 1974, Romo Al. Hardjasudarma, SJ mendatangi goa itu dan mengupayakan supaya umat katolik bisa berdoa di sana. Perkembangan selanjutnya berjalan sedemikian lambat hingga mulai tahun 2009 digali kembali narasi-narasi hubungan goa itu dengan folklore atau kisah-kisah lisan yang hidup dalam masyarakat Gunungkidul. Ringkasnya, Goa Tritis dulunya adalah tempat bertapa 3 orang pelarian Majapahit yang tidak mau tunduk terhadap Demak. Mereka bertapa di sana untuk mencari wahyu. Wahyu yang mereka cari adalah suatu kejelasan ke mana dan di mana Majapahit selanjutnya akan hidup. Singkat cerita, wahyu itu menunjukkan keterhubungan antara Majapahit dan Mataram kemudian. Goa itu menjadi tempat perantara wahyu.

Kini, Goa Maria Tritis kemudian diberi nama Maria Pengantara Wahyu. Kisah tentang awal perkembangan iman seringkali tidaklah linier sesuai dengan apa yang masuk akal dalam diri manusia. Hal-hal yang baru sepertinya dicangkokkan begitu saja pada yang lama. Tetapi yang paling menarik adalah, manusia selalu berusaha untuk menafsirkan, memberi pemaknaan dan juga merefleksikan apa yang terjadi pada hidupnya dan apa yang terjadi pula pada awal dari suatu perkembangan iman mereka. Semoga, kita semakin mengenal kisah-kisah historis hidup pribadi ataupun komunal kita sehingga peziarahan hidup rohani bisa menjadi semakin mengobarkan bagi setiap orang di sekitar kita.

(Cerita inspirasi: Frater Koko Siswijayanto)