Santapan Batin 86
Ada dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan salah seorang tanpa dapat menahan diri menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir, “Hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku.” Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang untuk menyejukkan galaunya. Namun, ternyata oasis tersebut cukup dalam sehingga ia nyaris tenggelam, dan diselamatkan ia oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu, “Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku.” Si penolong yang pernah menampar sahabatnya tersebut bertanya, “Kenapa setelah saya menamparmu, kau menulis di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di atas batu?” Temannya sambil tersenyum menjawab, “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin datang berembus dan menghapus tulisan itu. Dan apabila di antara sahabat terjadi sesuatu kebajikan sekecil apa pun, kita harus memahatnya di atas batu, agar tetap terkenang tidak hilang tertiup waktu.”
Dikutip dari Sumantri, Toserba Surgawi, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2007, 129-130.