Historia Domus

Sarasehan IHS: “Tangising Bangsa Tinindes: Wayang Wahyu sebagai Sarana Pewartaan”

Kolese St. Ignatius (Kolsani) kembali mengadakan sarasehan IHS. Acara berlangsung pada hari Minggu, 25 Oktober 2015 pukul 10.00-13.00 di Ruang Rekreasi Kolsani. Sarasehan kali ini mengangkat tema “Wayang Wahyu sebagai Sarana Pewartaan”. Dalam acara ini, komunitas Kolsani menggelar pementasan ‘Wayang Wahyu’ dengan dalang ‘Ki Bruder Stefanus Prihana SJ’. Bruder Prih – panggilan akrabnya – sendiri saat ini sedang menjalani masa kuliah di Jurusan ‘Seni Pedalangan’ di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Lakon yang dibawakan pada pentas kemarin berjudul “Tangising Bangsa Tinindes”.

Sarasehan dihadiri oleh 80 orang dari berbagai kalangan, di luar para niyogo, sinden, dan Kolsaniwan. Para peserta sarasehan berasal dari kalangan Prodiakon, anggota ‘Tim Pewartaan’ dan Lektor dari paroki Kotabaru, mahasiswa/i Fakultas Ilmu Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) – USD, mahasiswa/i CRCS Universitas Gadjah Mada, mahasiswa/i dari Jurusan ‘Seni Pedalangan’ ISI Yogyakarta, dan beberapa pecinta seni wayang. Sejumlah Bruder Jesuit dan calon bruder juga turut hadir serta mendukung pementasan ‘Ki Bruder’.

Sarasehan langsung diawali dengan pentas wayang selama kurang lebih dua jam. Gelak tawa penonton sesekali terdengar saat guyonan tercetus dan diselipkan selama pementasan. Lakon serius yang bercerita tentang Nabi Musa tersebut memang digarap dengan apik oleh ‘Ki Bruder’.
Setelah selesai pementasan, selama 1 jam, sambil makan siang, penonton diajak untuk berdiskusi serta memberikan tanggapan. Apresiasi dan kesan positif banyak muncul, termasuk terhadap kemampuan ‘Ki Bruder’ sebagai dalang. Tiga peserta bule dan seorang mahasiswi ber-jilbab pun dengan terang-terangan mengungkapkan kekaguman mereka atas kepiawaian ‘Sang Dalang’. Selamat dan profisiat bagi “Ki Bruder”

Sebagai sebuah warisan seni budaya, terlebih Jawa, wayang dipandang dapat sangat membantu untuk menceritakan tentang kisah-kisah dalam Kitab Suci. Dengan lain kata, ‘Wayang Wahyu’ dapat dimaknai sebagai peluang yang baik untuk mewartakan Injil. Melalui ‘Wayang Wahyu’ pula, gagasan tentang hidup dan kerohanian Kristiani termasuk spiritualitas Ignasian dapat dihadirkan dalam bentuk yang ‘menarik’ serta ‘cair’. Singkat kata, ‘Wayang Wahyu’ dapat menjadi sarana bagi karya pewartaan, sebagai media yang memiliki kekuatan demi terbangunnya dialog yang komunikatif dan menggerakkan bagi berbagai kalangan.

Bagi paroki-paroki Jesuit, juga lembaga-lembaga karya lain, kalau mau menyelenggarakan sebuah kegiatan kultural, jangan ragu-ragu untuk menanggap ‘Ki Bruder’; dijamin ‘puas’!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *